Miris! Kebijakan dari pemerintah yang memberhentikan guru honorer secara sepihak tanpa adanya solusi. Sudah gaji mereka terbilang sangat kecil malah mendapatkan perlakuan yang tidak adil.
Setelah terbentuk opini publik tentang cleansing guru honorer, mari rapatkan barisan, ini adalah momentum untuk kita menyuarakan pikiran.
Jika kita mengingat tentang pribahasa dalam bahasa indonesia, cleansing guru honorer itu disebut habis manis sepah dibuang. Bahkan tidak ada manis-manisnya. Bayangkan, dengan niat mencerdaskan kehidupan bangsa mereka masuk ke sekolah untuk mengajar, tiba-tiba ada pemberitahuan mereka tidak bekerja hari ini. Perasaan mereka seperti apa coba?
Ini sekaligus menunjukkan krisis moral pada pemerintah, tidak memiliki etika dan tata krama dalam pemecatan. Bahkan dalam hal gaji guru-guru honorer ini sangat memprihatinkan. Terkadang untuk pencairan gaji mereka tidak tepat waktu, menyesuaikan dengan dana bos sekolah yang ditunggu masuk dari pemerintah.
Jadi, etika dan tata krama dalam membangun ketenagakerjaan profesionalitas guru dalam mengambil kebijakan pemerintah benar-benar buruk, miskin moral memanusiakan manusia. Terutama pada polemik cleansing guru honorer yang terjadi di DKI jakarta ini.
Bayangkan, pusat kota sebesar jakarta saja seperti ini, belum lagi yang di daerah-daerah terpencil. Bagaimana nasib mereka?
Teruntuk para guru honorer tetap semangat, teruslah berjuang, l tegakkan kepala kalian, tagih hak kalian, upayakan hak-hak mulia kalian, dan terus rapatkan barisan.
Pesan dari kami, hanya ingin menghimbau jika kalian adalah seorang tenaga pengajar, pendidik, guru ayo ikut menyuarakan isu ini, karena bagaimana pun ini adalah isi keguruan yang akan dicatat dalam sejarah bahwa adanya kemiskinan moral pemerintah dalam mengambil kebijakan.
#Saveguruhonorer #Kamibukanbudakpendidikan